Jumat, 04 Oktober 2013

 Di Pulau Kadatua....
akhirnya aku tiba di tepi tebing pulau Kadatua
pulau sempit yang terjepit oleh keluasan air laut
pulau yang hanya memiliki satu perigi air tawar:
Uwe Maasi, ceruk batu yang selalu minta dibeli
dengan emas lalu membayarnya dengan belai
kasih sayang di rambut-rambut para lajang tua.

akhirnya aku tiba di tepi tebing pulau Kadatua
pulau suci yang menolak dihuni binatang anjing,
babi dan monyet. pulau yang hanya memiliki
batu dan para perempuan yang membilang
usia dengan memecahkan karang. pulau yang
pepohonnya susah payah menghidupi nelayan.

akhirnya aku tiba di tepi tebing pulau Kadatua
tersesat dalam rerimbunan bahasa yang asing
bahasa yang seluruhnya adalah nyanyian ingin
menidurkan ombak dan seluruh yang bergolak
serta membangunkan seluruh yang tergeletak

akhirnya aku tiba di tepi tebing pulau Kadatua
menemukan panas matahari dan dingin angin
laut bersahabat sangat dekat seperti kekasih
yang menikmati cinta di perbatasan antara
enggan dan akan, antara pergi dan kembali.
Oleh Marfin, S.Ip (Catatan:2007)
di Poskan oleh La Ode Yusran Syarif, A.Md, S.Sos